Percaya Atau Tidak, Ini Dia Sejarah Kanibalisme Di Indonesia

Percaya Atau Tidak, Ini Dia Sejarah Kanibalisme Di Indonesia

Percaya Atau Tidak, Ini Dia Sejarah Kanibalisme Di Indonesia

Opa Sejarah - Kanibalisme adalah satu fenomena dimana satu makhluk hidup makan makhluk semacam yang lain. Umpamanya anjing yang menelan anjing atau manusia yang menelan manusia. Terkadang fenomena ini dimaksud anthropophagus (Bhs Yunani anthrôpos, “manusia” serta phagein, " makan ").

Dengan etimologis kata “kanibal” adalah kata pungutan dari Bhs Belanda yang pada gilirannya memungut dari Bhs Spanyol (tak tahu lewat bhs apa) ; “canibal” yang bermakna orang dari Karibia. Di daerah ini oleh penj (el) ajah diketemukan fenomena ini.

Terkecuali di Karibia, di Amerika hal semacam ini pada jaman jaman dulu banyak berlangsung juga, umpamanya diantara suku Anasazi, Bangsa Maya serta Aztek. Diluar itu di Asia-Pasifik, kanibalisme sempat juga diketemukan.
Diantaranya :

Suku Batak Toba

Suku Batak Toba

Bila hukuman mati diputuskan, tawanan direbahkan dibatu datar, serupa meja makan, di belakang desa. Karna umumnya tawanan dipandang mempunyai pengetahuan hitam, seseorang pemancung kenakan pakaian kebiasaan komplit, awal mula akan menyayat lengan tawanan dengan pisau kecil serta menyiramnya dengan perasan air limau. Waktu tawanan menjerit-jerit kesakitan, ini disimpulkan semua ilmunya sudah hilang. kemudian, tawanan dibedah hidup- hidup, disertai sorak-sorai. Perutnya di iris, di ambil berisi serta diberikan pada masyarakat untuk selekasnya dikonsumsi.

Dengan perut menganga serta nyaris mati, tawanan dipapah menuju batu pancungan. Dalam 1x ayunan parang, kepala tawanan mesti putus. Bila tidak berhasil, kepala sipemancung yang akan dipenggal. Itu penyebabnya sipemancung mesti memiliki pengalaman serta parangnya mesti tajam. Kepala tawanan serta daging dari mayatnya dicincang serta dimask dengan daging kerbau, lantas disajikan diatas meja eksekusi untuk disantap oleh Raja. Darahnya dipakai jadi pencuci mulut, sedang tulang belulangnya dibuang ke danau Toba.

Eksekusi paling akhir berlangsung kurang lebih th. 1860, sebelumnya kehadiran misionaris Ingwer Ludwig Nommensen, yang sukses mengerti kebiasaan dan bhs setempat, pada akhirnya mengubah orang-orang Batak termasuk juga di Ambarita, jadi penganut kristen yang patuh serta menghapus ritual kanibalisme ini. Terlebih dulu, misionaris yang lain senantiasa tidak berhasil serta malah selesai di batu eksekusi.

Sekarang ini suku Batak, sesudah meninggalkan semua bentuk tingkah laku kanibalisme nya, jadi suku pedalaman serta suku terpencil, nyatanya berkembang jadi satu diantara suku termaju di Indonesia.

Suku Dayak Punan

Meskipun beberapa besar dari mereka telah hidup secar modern, namun berdasar pada narasi kalau nenek moyang mereka dulu tidak tabu untuk menelan daging manusia, hingga pemerintah Republik Indonesia pada th. 1970an melarang dengan turun segera ke lapangan.

Suku Dayak Punan hidup di daerah kalimanatan Barat, kalimantan Timur serta Kalimantan Tengah, hidup di selama aliran sungai serta seringkali berpindah-pindah. Dulu mereka begitu jago dalam berperang serta senantiasa menebas kepala musuhnya, sampai di kenal arti " Ngayau " atau " Head Hunter ". Dari penelitian terbaru, nyatanya suku punan yang primitif masih tetap ada serta tampak di goa-goa pedalaman rimba rimba Kalimantan.

Itu yaitu sebagian suku kanibal di Indonesia, meskipun menurut catatan histori, kalau 75 % suku di nusantara yaitu kanibal pada jaman dahulu, namun saat ini mereka sudah punah atau meninggalkan rutinitas lamanya, yakni menelan daging manusia.

Suku Korowai

Suku Korowai

Suku ini menempati dataran rendah di samping selatan Papua, hidup di selama aliran sungai serta rawa-rawa. Suku Korowai, seperti suku-suku di Papua umumnya, hidup nomaden atau berpindah-pindah dan memercayakan hidupnya dari alam. Karna daerahnya yang cukup subur, jadikan mereka mesti seringkali berperang dengan suku beda.

Dalam berperang, mereka sering memakai toksin pada anak panah serta mata tombak yang umumnya mereka bikin dari tulang berulang. Rutinitas mereka menelan daging manusia bukanlah dengan asal-asalan, namun karna korban sering lakukan pelanggaran kebiasaan, lalu di tangkap serta diadili, sesudah ditetapkan bersalah jadi korban akan di ritualkan serta dikonsumsi bersama. Kehadiran mereka masih tetap ada sampai sekarang ini.

Comments

Popular posts from this blog

Situs Judi Online Indonesia Terpercaya Paling baik AFBCASH

Situs Bandar Togel Online Terpercaya Indonesia

Sejarah Pembantaian Suku Indian Di Benua Amerika